Di supermarket, kafe dan restoran, Anda bisa semakin melihat produk berlabel "bebas gluten" dan "Perhatian, perekat."Apa ini - gluten? Dan dari pada dia berbahaya?
Para ilmuwan dari Amerika Serikat pertama-tama berfokus pada bahaya yang ditimbulkan oleh protein ini, dan sampai saat ini teori ini menemukan konfirmasi lebih dan lebih. Pada 2011, jumlah produk bebas gluten di AS meningkat dari 2( lima tahun lalu) menjadi 10 persen. Beberapa orang yakin bahwa makanan yang dirampas dari gluten tidak hanya meningkatkan kesehatan, tapi juga membantu menurunkan berat badan.
Apa itu gluten dan di mana terjadi Gluten
( dari bahasa Latin - "lem"), atau gluten adalah sekelompok protein penyimpanan yang ditemukan pada biji tanaman sereal. Sebagian besar di gandum, gandum hitam, gandum dan barley. Kehadiran tepung atau komponen lain dari sereal ini masuk: roti, pasta, manis, berbagai saus, mayones, sosis, stik kepiting, produk susu fermentasi, es krim, hop dan bahkan kosmetik dekoratif. Alasan penggunaannya yang luas adalah kemampuan zat ini untuk membuat hampir semua zat lebih elastis.
Penyebab dan konsekuensi intoleransi gluten
Tapi saat ini semakin banyak orang menderita intoleransi gluten. Sekitar 1% dari penghuni planet kita, ditetapkan pada tingkat genetik dan disebut "penyakit seliaka"( dari bahasa Latin "penyakit seliaka").Dalam tubuh manusia dengan ciri genetik seperti itu, penggunaan gluten menyebabkan reaksi inflamasi yang sangat hebat. Konsekuensinya bisa sangat serius: diare kronis, kurus, diabetes, anemia, berbagai kelainan, depresi. Masuk ke tubuh orang-orang seperti itu, zat tersebut mempengaruhi saluran makanan, aktivitas otak, persendian dan banyak organ lain di tubuh.
Intoleransi gluten lebih sering terjadi, disebabkan oleh sebab autoimun dan reaksi alergi terhadapnya. Dalam kasus ini, sistem kekebalan mengidentifikasi gluten sebagai objek yang bermusuhan dan menyerangnya dengan menggunakan semua cara yang tersedia. Saat ini, diyakini bahwa beberapa bentuk intoleransi gluten hadir pada setiap pertiga, untungnya, dalam kebanyakan kasus, hal tersebut kurang diungkapkan.
Selama beberapa dekade terakhir, jumlah orang yang menderita intoleransi gluten telah meningkat berkali-kali. Karena alasan inilah masalah ini menjadi sangat akut. Kualitas makanan di zaman kita jauh lebih rendah dari sebelumnya. Selain itu, semakin banyak makanan menggoda dari sudut pandang estetis yang memprovokasi peningkatan konsumsi gluten dibandingkan indikator abad ke-tua. Penting agar makanan bebas gluten dianggap medis, namun sebaliknya, situasinya berlawanan: produsen, dengan tujuan membuat produk bebas gluten lebih enak dan lebih menarik, mulai menambahkan lebih banyak gula ke dalamnya. Tapi apakah kita tidak mengganti satu masalah dengan yang lain, tidak kalah berbahaya?